Minggu, 01 Maret 2009

MENINGKATKAN MUTU PENGAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DI SEKOLAH

Selama ini masyarakat menilai pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah kurang menunjukkan hasil yang memuaskan. Siswa kurang memiliki pengalaman berbahasa yang baik.. Diantaranya kemampuan menulis yang kurang memadai, kebiasaan membaca yang tidak mentradisi, kurang mahir berbicara, serta belum mampu mengapresiasi dan berekspresi sastra sesuai dengan harapan.
Meskipun kurikulum selalu mengalami perubahan, pelatihan guru dilangsungkan, seminar dan diskusi bergulir, kualitas buku ajar diperbaiki, serta jumlah buku di perpustakaan ditambah. Persoalan tersebut tetap saja selalu muncul ke permukaan.
Sebenarnya pernyataan tersebut tidak selamanya benar. Misalnya, untuk kebiasaan membaca dan menulis, bila kita perhatikan data Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) Pusat menyebutkan, pada 2008 lalu tidak kurang dari 12.000 judul buku baru diterbitkan atau 2.000 lebih banyak dari tahun sebelumnya. Hal ini tampak dari peningkatan jumlah penerbit yang pada 2007 lalu 179 buah, setahun berikutnya menjadi 185 buah,. seperti yang diungkapkan Ketua Ikapi Pusat, Setia Dharma Madjid “Jumlah buku yang diterbitkan terus bertambah . Meski krisis, orang tetap membaca buku.” (Pikiran Rakyat, 5 Februari 2009).
Berarti hal tersebut menunjukkan minat membaca dan menulis mulai tumbuh. Meskipun di kalangan remaja minat baca mulai tumbuh dengan membaca buku-buku chiklik dan teenlit, yaitu buku sastra remaja yang digemari masyaraka. Hal itu menunjukkkan kegairahan menulis dan membaca di kalangan remaja masih sebatas genre sastra remaja. Sedangkan sastra di luar sastra remaja kurang dikenal. Terutama, ketika bersentuhan dengan karya sastra yang memerlukan minat dan motivasi belajar serius, khusu, dan mendalam, seperti karya Iwan Simatupang, N.H. Dini, Umar Kayam, Taufiq Ismail, Sutardji Calzoum Bachri, Seno Gumira Ajidarma, Zawawi Imron, Acep Zamzam N, Jamal D. Rahman, Agus R. Sarjono, dan yang lainnya ,kurang diminati para siswa.
Untuk mengatasi hal tersebut guru tidak perlu kaku dan berpusat pada dirinya sendiri, tetapi peran dan keberadaan siswa harus dilibatkan. Dengan cara siswa diajak membandingkan sastra remaja sebagai modal dasar dan tantangan dalam menyampaikan sastra yang lebih serius. Sehingga memperkaya wawasan dan bacaan para siswa untuk berpikir luas dan kritis.
Kegiatan membandingkan sastra remaja dengan sastra yang lebih serius dapat juga dilakukan melalui kegiatan menonton acara baca puisi, cerpen, pergelaran sastra, teater, baik melalui kaset atau VCD maupun pertunjukan langsung. Sekolah (guru dan siswa) juga dapat kerjasama dengan komunitas baca atau taman bacaan dan sanggar kesenian yang ada di sekitar lingkungan sekolah sehingga dapat melaksanakan kegiatan workshop menulis sastra, membaca puisi, bahkan mementaskan drama.
Upaya lain untuk meningkatan mutu pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dapat dilakukan dengan melaksanakan inovasi pembelajaran termasuk dalam memanfaatkan alat-alat teknologi atau information communication technology (ICT) School Models.
Untuk bisa menguasai dan menerapkan teknologi tersebut diperlukan pelatihan-pelatihan langsung kepada guru melalui diklat-diklat yang memberi kesempatan kepada guru untuk terjun langsung memanfaatkannya tidak hanya pendidikan dan pelatihan yang memberikan bekal teori-teori saja. Seperti Diklat Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra (MMAS), yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah telah mampu memberikan kesempatan kepada guru untuk mampu menulis dan mengapresiasi sastra. Sehingga guru dapat menjadi model dalam menyajikan materi kepada para siswanya.
Begitupun dengan kegiatan Musawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) harus lebih diintensifkan dengan bantuan pihak sekolah dan dinas setempat Hal tersebut dilakukan untuk menambah pengetahuan para guru dalam mengikuti perkembangan teknologi pendidikan, model, cara, dan teknik mengajar yang mutahir. Sehingga mampu mengikuti kemajuan bahasa dan sastra Indonesia yang terus berkembang.
Dalam meciptakan suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan guru dapat memanfaatkan berbagai media misalnya Tape Recorder, OHP, LCD, maupun VCD, yang memutar pembacaan puisi, cerpen, pergelaran drama, atau film yang kental unsur sastranya. Sekali-kali guru juga dapat mencoba menghadirkan sastrawan lokal atau nasional di kelas untuk langsung berdiskusi dengan para siswa. Jika ada masalah berkaitan dengan dana (pengadaan media atau mengundang sastrawan) pihak pengelola sekolah harus membantunya.
Kegiatan pembelajaran supaya menarik perhatian siswa dapat juga dilakukan dengan membawa siswa pada suasana belajar di luar kelas atau di alam terbuka dengan mengambil objek alam (laut, pantai, sungai, gunung, perkebunan, pesawahan, dan pedesaan), lingkungan di sekitar sekolah, budaya (peninggalan sejarah, museum, kesenian, kerajinan), industri, teknologi, dan sebagainya.
Pempelajaran di luar kelas sebaiknya difokuskan pada kegiatan ekspresi bahasa misalnya membaca karya, menulis karangan, menulis karya sastra, menulis resensi, menulis hasil wawancara, dan yang lainya.
Pengelolaan kelas dalam proses belajar mengajar harus berorientasi pada keperluan siswa dan sesuai dengan perkembangan kejiwaan siswa. Sehingga siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana berkomunikasi yang akan memperkaya wawasan berpikir dan berekspresi. Seperti yang diungkapkan oleh Dendy Sugono dan Sugiyono dari Pusat Bahasa Depdiknas, bahwa penguasaan dan kemampuan berbahasa secara baik dan benar akan menuntun siswa berfikir teratur dan bertindak tertib. Di dalam kurikulum 2004 guru diberi kebebasan berkreasi mengembangkan bahan ajar yang inovatif, menarik, menyenangkan, mengasikkan, mencerdaskan, dan membangkitkan kreativitas siswa.
Dalam proses belajar mengajar semua guru harus memberikan keteladanan kepada para siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik dalam membimbing siswa belajar di kelas maupun dalam memeriksa hasil belajar para siswanya. Begitupun dalam penggunaan bahasa lisan saat berinteraksi di kelas maupun di luar kelas. Penggunaan bahasa tulis dalam pembuatan tugas-tugas menulis. Para guru selain memeriksa kebenaran substansi, harus mengoreksi juga penggunaan bahasa Indonesia para siswanya. Pemberian penilaian harus mempertimbangkan aspek penggunaan bahasanya. Hal ini berlaku tidak hanya untuk guru bahasa Indonesia saja tetapi guru bidang studi yang lainnya juga sama.
Kepedulian terhadap penggunaan bahasa Indonesia para siswa tersebut akan mendorong siswa lebih berhati-hati dalam penggunaan bahasa Indonesia sehingga memberikan pengalaman kepada para siswa dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sesuai dengan situasi, tujuan, tempat, media, dan sebagainya.
Sasaran peningkatan mutu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di sekolah meliputi: siswa, guru, petugas tata usaha, dan kepala sekolah. Peningkatan itu dapat berupa pertemuan tatap muka seperti pembelajaran di kelas atau di luar kelas bagi siswa, penyuluhan, pelatihan, dan penataran bagi para guru, pemanfaatan alat-alat teknologi, penyediaan berbagai buku, seperti kamus, tata bahasa, dan panduan atau pedoman penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar.
Pendidikan bahasa Indonesia di sekolah ditujukan untuk menumbuhkan kepedulian siswa, guru, tata usaha, dan kepala sekolah terhadap bahasa dan sastra Indonesia.
Kepedulian itu pada gilirannya diharapkan akan meningkatkan sikap positif mereka terhadap bahasa Indonesia dan sastra Indonesia baik sebagai lambang identitas dan kebanggaan bangsa, persatuan dan kesatuan bangsa, pembangkit rasa solidaritas kemanusiaan maupun sebagai sarana memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Semoga.
Penulis adalah Guru Bidang Studi Bahasa dan Sastra Indonesia SMAN 24 Kota Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar